Full width home advertisement

Travelling

Sajak Sunda

Post Page Advertisement [Top]

Apa itu Dangdut ?

Ya,  dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music. ( from: wikipedia)




Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan "dang-ding-dut" India. Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi "dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India



Dulu, musik dangdut justru sempat merajai toko-toko kaset dan soundtrack film di Indonesia. Di tahun 70-an malah banyak muda-mudi yang rela ngantri panjang buat nonton film-film beraroma dangdut seperti Raja Dangdut ( H. Rhoma Irama). Dangdut di masa itu pun berkembang pesat, gak cuma menyadur lagu melayu aja, bahkan lagu rock sekalipun ikut diramu juga.

Berbicara tentang industri musik kontemporer, memang tak lepas dari pencitraan. Tak bisa dipungkiri lagi kalau citra dangdut sekarang lagi ada di titik paling bawah. Masalah utama karena goyangannya yang makin "ada-ada" aja. Ada ribuan macam goyangan dangdut dengan nama-nama aneh lainnya. Karena mungkin dangdut dengan performancenya bisa menarik massa. Banyak penyanyi dangdut yang hanya mengejar massa. Ini terlihat dari beberapa penyanyi yang menggunakan desahan dalam musiknya. Bahkan saking "edunnya", musik dangdut saat ini diidentikan sebagai musik kelas bawah . Tapi ini bukan dalam artian baik, dangdut tidak dianggap sebagai musik yang mewakili kelas pekerja, tapi ia dianggap sebagai sesuatu yang norak dan harus dijauhi.

Kita mengenal istilah headbang dalam musik metal, atau pogo dalam musik ska. Tidak bisa dipungkiri kalau setiap musik punya trademark tersendiri bagi para penganutnya. Begitu juga dangdut, joged dengan melenggak-lenggok bak penari salsa kayaknya udah jadi bagian dari musik ini. Dangdut tanpa goyang itu gak asik. Berasa ada yang kurang dari sebuah musik dangdut. Tapi, sekarang goyangnya berlebihan sejak tahun 90-an. Bahkan masuk Zaman Millenium, dangdut telah menjelma menjadi makhluk sensual pengundang nafas-nafas tak senonoh. Inilah yang menjadi pemicu polemik besar kebudayaan Indonesia.

Diluar pandangan kesensualitasnya, dangdut adalah salah satu ragam budaya yang telah mengakarkan diri di ranah Indonesia tercinta ini. Sebagai bangsa Indonesia, kita patut memperjuangkan sebagai salah satu kekayaan budaya kita. Memihak lebih ke budaya yang harus dilestarikan daripada menilainya norak atau kampungan. Karena kekayaan iramanya dan unsur-unsur lainnya dalam nyawa dangdut takkan dapat dihidupkan dalam aliran manapun.

Tapi dibalik kelamnya citra dangdut, secara gak sadar dangdut tetap jadi alat penghibur bagi anak muda. Gak ada salahnya kan kita mencintai musik ini ? jangan mikirin citra deh. Gak usah malu kalo tiba-tiba kamu goyang-goyang kecildi angkot gara-gara sang supir nyetel lagu dangdut.

Ya beruntunglah, masih ada beberapa komunitas yang memperjuangkan musik dangdut di kota yang sesak ini. Semoga aja musik ini dapet terus membaik citranya. Hingga anak cucu kita tak malu lagi untuk menyetel lagu dangdut dalam ipodnya.

"Dangdut bukan musik yang tidak mempunyai nilai. Ia hanya musik yang digeleng habis oleh zaman dan citra."

Keep dangdut bray ....
Hayu ah, support your local music ..

Sumber: Cozy Magazine

2 komentar:

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib